بــــــسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله رب العا لمين، وصلى الله على نبينا محمد و آله وصحبه
واشهد إن لا اله إلا الله , وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده و رسوله
أما بعد
Semakin jauh zaman dari zaman kenabian
semakin banyak tampaknya kejahilan pada diri manusia di karenakan lemahnya
minat kita untuk mempelajari Ilmu agama disebabkan dunia begitu besar dipelupuk
mata kita. Dan berbicara tentang agama hari ini kita saksikkan orang-orang dengan
mudah berfatwa tanpa ilmu dan ini telah di sebutkan Sebagaimana termaktub dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam :
Dari Abdullah bin Amr bin Ash, bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya
Allah tidak menarik ilmu dengan sekali cabut dari manusia, akan tetapi
mencabutnya dengan cara mematikan para ulama lebih dahulu. Kemudian setelah
tidak tertinggal seorang alim pun, maka manusia akan menjadikan orang-orang
bodoh dari mereka sebagai para pemimpin. Apabila para pemimpin itu ditanya
tentang suatu perkara, maka mereka memberikan fatwa kepada manusia tanpa didasari
ilmu, mereka itu sesat dan menyesatkan."Shahih:
Ar-Raudh An-Nadhir (579). Muttafaq alaih
dan akhir-akhir ini semenjak banyaknya bertebaran media
social seperti fb, twiter, wa dan media yang lainnya, banyak kita dapati
orang-orang yang berfatwa tanpa ilmu dan inilah musibah di atas musibah padahal
perkara tersebut sangat di benci oleh Allah sebagai mana FirmanNya :
وَقَالُوا لَن
تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَّعْدُودَةً ۚ قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِندَ
اللَّهِ عَهْدًا فَلَن يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ ۖ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ
مَا لَا تَعْلَمُونَ
Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan
disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja". Katakanlah:
"Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan
memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang
tidak kamu ketahui?"[1]
Lihatlah
bagaimana orang yahudi mancari-cari jawaban bahwasanya mereka tidak akan
disentuh api neraka kecuali beberapa hari saja, akan tetapi Allah membantah
mereka bahwasanya mereka ini berbicara tanpa ilmu dan ayat seperti ini sangat
banyak kita temukan didalam Al-Qur’an karna Allah sering mengulang-ulang
kalimat “ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu
ketahui?"
Dan di ayat
yang lain Allah ta’ala juga berfirman :
لَا تَقُولُوا لِمَا
تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا
عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ
لَا يُفْلِحُونَ
“Dan
janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara
dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah tiadalah beruntung”.
Ibnu Katsir
ketika menafsirkan ayat ini beliau berkata” masuknya dari setiap perkara yang
baru yang tidak ada sebelumnya yang bukan dari syari’at atau menghalalkan
sesuatu yang di haramkan Allah atau mengharamkan sesuatu yang Allah halalkan
berdasarkan ra’yunya/pendapatnya dan
sesuai seleranya”.[2]
Dan beginilah
fitnah yang melanda umat saat ini mereka tidak merasa takut lagi untuk berfatwa
dan juga tidak merasa malu, karena disebabkan kesalahan mereka dalam berfatwa
mereka akan tersesat dan menyesatkan orang yang mereka beri fatwa tanpa ilmu, dan
mereka akan menanggung dosa orang yang mereka sesatkan sebagaimana sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أُفْتِيَ بِفُتْيَا غَيْرَ ثَبَتٍ
فَإِنَّمَا إِثْمُهُ عَلَى مَنْ أَفْتَاهُ
Dari Abu
Hurairah, dia berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam
bersabda: 'Barangsiapa menerima fatwa yang tidak benar, lalu dia beramal
dengannya, maka dosanya ditimpakan kepada orang yang memberi fatwa.'
Hasan: Al Misykah (242).
Berkata juga Ibnu Abiy Layla : aku mengenal dua
puluh hingga ratusan dari orang anshor dari sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasalam yang jika ditanya salah seorang diantara mereka tentang suatu
permasalahan, mereka memerintahkan supaya tanyakan kepada si fulan kemudian
yang lainya seperti itu juga sampai kembali kepada sahabat yang awalnya
ditanya.
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu menyebut orang yang menjawab
setiap pertanyaan yang ditanyakan kepadanya dengan “orang gila”sebagaimana di
sebutkan
قال ابن مسعود : من أفتى الناس في
كل ما يسألونه عنه فهو مجنون
Berkata Ibnu Mas'ud : siapa yang berfatwa kepada manusia
dari setiap apa yg ditanyakan kepadanya maka dia adalah orang gila [3]
Berbeda antara mereka dengan para
ulama jika terjatuh dalam kesalahan, Allah akan memberi ganjaran kepada para
ulama dengan satu kebaikkan sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
:
إذا
حكم الحاكم فاجتهد ثم أصاب فله أجران ، وإذا حكم فاجتهد ثم أخطأ فله أجر
Apabila seorang hakim berijtihad, kemudian dia benar
dalam ijtihadnya maka baginya dua ganjaran, dan jika dia salah maka baginya
satu pahala[4]
Berkata Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Bari :
Berkata alKathaabiy dalam kita Maalim assunan : “akan tetapi
ganjaran bagi seorang mujtahid apabila dia telah mengumpulkan semua prasarana
ijtihadnya, maka dia diberi maaf atas kesalahannya dan penyelisihannya terhadap
yang diselisihinya dan dia merasa takut terhadap kesalahannya, kemudian jika
seseorang alim diberi pahala dikarenakan ijtihadnya dalam rangka mencari
kebenaran dan ini ibadah, dan ini jika dia benar, dan jika salah maka tidak
diberi pahala atas kesalahannya akan tetapi dia tidak diberi dosa atas
kesalahannya tersebut, sebagaimana dalam hadis tersebut: seakan-akan dia melihat apa yang dia katakan (baginya satu pahala)majaz/perumpamaan
di hapusnya sebuah dosa”.[5]
Beginilah para ulama, mereka mengeluarkan daya dan upaya untuk
mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang di ajukan kepada mereka kemudian baru
berfatwa berbeda dengan orang yang bodoh, berfatwa dahulu baru mencari dalil. Dan
banyak kita dapati dari para penceramah di mimbar-mimbar terkadang hanya dengan
modal buku terjemahan mereka sudah menjadi mufti tanpa merujuk kepada orang
yang lebih alim dari mereka.
Solusi.
Hendaknya bagi orang-orang yang berfatwa tanpa ilmu agar
bertaqwa kepada Allah dan merasa takut karena dengan merasa takut akan menahan
orang tersebut untuk berbicara tanpa ilmu. Imam Bukhari membuat bab dalam
kitabnya “Ilmu sebelum Berkata dan Berbuat”.
Jangan malu untuk mengatakan saya akan carikan jawabannya kalau
seandainya kita tidak mengetahui jawabannya atau mengatakan “saya tidak tahu” karena
hal tersebut sebagian dari ilmu sebagaimana terdapat dalam sunan Addaarimiy diriwayatkan
dari Ishaaq bin Isaa bin Ali dari bapaknya beliau berkata :
Ibnu Abbaas bertanya kepada sahabatnya tentang sesuatu,
kemudian sahabatnya berkata : aku tidak tahu, kemudian Ibnu Abbaas berkata :
engkau benar, sesungguhnya perkataan “aku tidak tahu” sebahagian dari ilmu..(.http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=249347)
alHaysam bin Jamil juga menyebutkan kisah Imam Maalik : aku
telah menyaksikkan Maalik bin Anas ditanya tentang empat puluh delapan
permasalahan dan beliau menjawab tiga puluh dua dari perkara tersebut dengan
“aku tidak tahu”. Kemudian alHaysam bin Jamil berkata : hal yang demikian
banyak dari kalangan sahabat, tabi’in dan fuqoha’ muslimin.[6]
Bertanya kepada ahlinya seperti ulama, ustadz atau orang yang
lebih tahu dari kita karna Allah memerintahkan ini sebagaiman firmanNya :
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.QS.an-Nahl.43
dan inilah seharusnya kita lakukan sebagai wujud realisasi
firman Allah di atas bertanya kepada ahlinya karena agama ini di bangun diatas
ilmu bukan logika sebagaimana ilmu filsafat dan hanya ini yang bisa penulis tuliskan agar bisa diambil manfa'atnya.
Semoga
shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam, keluarga dan para Shahabat beliau, serta orang-orang yang
mengikuti jejak mereka dengan kebaikan hingga hari Kiamat.
Hanif Abu Muhammad.
25 Rabi' II 1436/14 Feb 2015
[1] AlBaqarah 80
[2] Tafsi Ibnu Katsir surat Annahl 116
Blogger Comment
Facebook Comment