Semangat Ulama Salaf dalam Menuntut Ilmu
Beberapa potret semangat ulama salaf dalam menuntut ilmu dengan banyak mengacu pada kitab al-Musyawwiq ilal Qiro’ah wa Tholabil Ilmi karya Ali bin Muhammad, cetakan Dar Alamil Fawaid, Makkah. Semoga kisah-kisah mereka dapat membakar semangat kita dalam menuntut ilmu. Amiin.
Berdesakan Hingga Mengakibatkan Kematian
Ishaq bin Abi Israil mengatakan: “Para penuntut ilmu hadits
berdesakan pada Husyaim sehingga membuatnya terjatuh dari keledainya,
dan itulah faktor penyebab kematiannya.” (Manaqib Imam Syafi’i hlm. 167–168 oleh al-Aburri dan al-’Uzlah hlm. 89 oleh al-Khothobi)
Mirip dengan ini adalah kisah tentang sebab kematian
seorang ahli nahwu tersohor yaitu Tsa’lab. Dikisahkan bahwa dia pernah
keluar dari masjid usai sholat ashar pada hari Jum’at. Beliau memang
sedikit tuli. Di tengah-tengah sedang asyik membaca kitab sambil
berjalan, tiba-tiba ada kuda yang menabraknya sehingga dia tersungkur di
sebuah lubang. Akhirnya dia ditolong dan dikeluarkan dalam keadaan
berlumpur kemudian diantarkan ke rumah. Setelah itu dia merasakan sakit
di bagian kepalanya dan keesokan harinya meninggal dunia. (Wafayatul A’yan 1/104 oleh Ibnu Khollikan)
Tetap Belajar Sekalipun di Depan Singa
Abul Hasan Bunan bin Muhammad bin Hamdan adalah salah
seorang ulama yang dikenal banyak memiliki karomah. Suatu saat karena
dia berani mengingkari Ibnu Thulun, maka dia dihukum dan dicampakkan di
depan singa. Sang singa pun menciuminya tetapi anehnya dia tidak
menerkam Abul Hasan. Akhirnya, dia pun dibebaskan. Orang-orang merasa
heran dengan kejadian tersebut. Seorang pernah bertanya kepada beliau:
“Bagaimana perasaan Anda tatkala berada di depan singa?” Beliau
menjawab: “Saya tidak cemas sama sekali, bahkan saat itu saya sedang
memikirkan tentang air liur binatang buas serta perbedaan pendapat di
kalangan ulama ahli fiqih, apakah suci ataukah najis!!!” (al-Bidayah wa Nihayah 12/158 oleh Ibnu Katsir)
Mau Dipukul Asalkan Mendapat Hadits
Dalam biografi Hisyam bin Ammar disebutkan bahwa dia pernah
masuk kepada Imam Malik tanpa izin seraya mengatakan: “Ceritakanlah
kepadaku hadits.” Imam Malik mengatakan: “Bacalah.” Hisyam berkata:
“Tidak, yang saya ingin adalah engkau menceritakan kepadaku hadits.”
Tatkala Hisyam sering mengulang-ngulang hal itu, maka Imam Malik
mengatakan: “Wahai pelayan, pukullah dia sebanyak lima belas kali.”
Pelayan pun memukul Hisyam lima belas kali lalu membawanya kepada Imam
Malik. Hisyam berkata kepada Imam Malik: “Kenapa engkau menzholimiku?
Engkau telah memukulku tanpa dosa yang kuperbuat. Aku tidak
menghalalkanmu.” Imam Malik berkata: “Terus, apa tebusannya?” Hisyam
menjawab: “Tebusannya adalah engkau menceritakan kepadaku lima belas
hadits.” Maka beliau pun menceritakan lima belas hadits kepada Hisyam.
Hisyam berkata lagi kepada Imam Malik: “Tolong tambahi lagi pukulannya
sehingga Anda menambahi lagi hadits untukku.” Mendengar itu, Imam Malik
tertawa seraya mengatakan: “Pergilah kamu.” (Siyar A’lam Nubala 3/4093 oleh adz-Dzahabi, cetakan Baitul Afkar)
Mirip dengan hal ini adalah kisah rihlah (perjalanan
jauh untuk menuntut ilmu) yang dilakukan oleh Yahya bin Ma’in dan Ahmad
bin Hanbal. Dikisahkan, ketika mereka hendak pulang, mereka singgah di
Imam Abu Nu’aim Fadhl bin Dukain karena Yahya bin Ma’in ingin mengetes
hafalannya. Setelah Imam Abu Nu’aim tahu bahwa dirinya sedang dites,
maka dia menendang Yahya bin Ma’in. Akhirnya, Imam Ahmad berkata kepada
Yahya: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu jangan mengetesnya karena dia
adalah seorang yang kuat hafalannya.” Yahya berkata: “Demi Alloh,
sungguh tendangannya lebih aku sukai daripada semua perjalananku ini.” (ar-Rihlah fi Tholabil Hadits hlm. 207 oleh al-Khothib al-Baghdadi)
Semangat Menulis yang Menakjubkan
As-Sam’ani menceritakan bahwa Imam al-Baihaqi pernah
tertimpa penyakit di tangannya, sehingga jari-jemarinya dipotong semua,
hanya tinggal pergelangan tangan saja. Sekalipun demikian, beliau tidak
berhenti dari menulis, beliau mengambil pena dengan pergelangan
tangannya dan meletakkan kertas di tanah seraya memeganginya dengan
kakinya, lalu menulis dengan tulisan yang indah dan jelas. Demikianlah
hari-harinya, sehingga setiap hari dia dapat menulis dengan tangannya
kurang lebih sepuluh lembar. “Sungguh, ini adalah pemandangan sangat
menakjubkan yang pernah saya lihat darinya,” kata as-Sam’ani. (at-Tahbir fil Mu’jam Kabir 1/223)
Termasuk semangat yang menakjubkan pula adalah semangat Imam Ibnu Aqil yang telah menulis sebuah karya terbesar di dunia yaitu al-Funun.
Tahukah Anda berapa jilid kitab tersebut? Sebagian mengatakan sebanyak
800 jilid dan ada yang mengatakan 400 jilid. Imam adz-Dzahabi berkata:
“Belum pernah ada di dunia ini kitab yang lebih besar darinya. Seseorang
pernah menceritakan kepadaku bahwa dia pernah mendapati juz yang empat
ratus lebih dari kitab tersebut.” (Tarikh Islam 4/29)
Sekalipun demikian besarnya kitab ini, tetapi sayangnya
kitab ini termasuk perbendaharan umat Islam yang hilang, belum diketahui
sampai sekarang kecuali hanya satu jilid saja yang ditemukan di
perpustakaan Paris dan dicetak dalam dua jilid pada tahun 1970–1971.
(Muqoddimah Kamil Muhammad Khorroth terhadap Zahrul Ghushun min Kitabil Funun hlm. 6)
Kitab Bikin Pusing Istri Ulama
Kebiasaan Imam Zuhri, kalau masuk rumah maka beliau
meletakkan kitab-kitabnya bertumpukan di sekitarnya. Beliau menikmati
kesibukannya tersebut sehingga lalai dari segala urusan dunia lainnya.
Suatu saat istrinya pernah berkata padanya: “Demi Alloh, sungguh
kitab-kitab ini lebih berat bagiku daripada tiga istri sainganku!!!” (Wafayatul A’yan 4/177–178 oleh Ibnu Khollikan)
Berkali-Kali Khatam Kitab, Tidak Bosan
Al-Muzani berkata: “Saya membaca kitab ar-Risalah
karya asy-Syafi’i sejak lima tahun yang lalu, setiap kali aku membacanya
saya mendapatkan faedah baru yang belum aku dapatkan sebelumnya.” (Manaqib Syafi’i hlm. 114 oleh al-Aburri)
Ibnu Basykuwal menceritakan bahwa Abu Bakr bin Athiyyah mengulang-ngulang membaca kitab Shohih Bukhori sebanyak 700 kali.” (ash-Shilah 2/433)
Disebutkan dalam biografi Abbas bin Walid al-Farisi bahwa
ditemukan dalam sebagian akhir kitabnya suatu tulisan: “Saya telah
membacanya sebanyak 1.000 kali.” !!! (Thobaqot Ulama Afrika wa Tunis hlm. 224)
Abdulloh bin Muhammad, ahli fiqih dari Irak, beliau pernah membaca kitab al-Mughni karya Ibnu Qudamah (sekarang tercetak dengan 15 jilid) sebanyak 23 kali!! (Dzail Thobaqot Hanabilah 2/411)
Mengusir Kantuk Dengan Membaca
Ibnul Jahm berkata: “Apabila kantuk menyerangku pada selain
waktu tidur, maka saya segera mengambil kitab hikmah, lalu saya
mendapati hatiku berbunga-bunga kegirangan ketika mendapatkan ilmu.” (al-Hayawan 1/53 oleh al-Jahidz)
Subhanalloh, bandingkan hal ini dengan perbuatan sebagian kita yang membaca justru dengan niat sebagai pengantar tidur!!!
Dilarang Oleh Ibunya Tetapi Dia Bersiasat
Imam Ibnu Tabban adalah seorang ulama yang bersemangat sangat tinggi dalam menuntut ilmu, sehingga dia pernah mempelajari kitab al-Mudawwanah
sebanyak 1000 kali!!! Dia pernah berkata tentang dirinya: “Dahulu
ketika saya awal-awal menuntut ilmu, saya gunakan seluruh malam untuk
belajar, sehingga ibuku pernah melarangku dari membaca di malam hari.
Akhirnya saya bersiasat untuk membuat lampu dan menaruhnya di bawah
tempat tidur lalu saya berpura-pura tidur. Ketika saya rasa bahwa ibuku
benar-benar telah tidur, maka saya keluarkan lampu dan melanjutkan
belajar.” (Tartibul Madarik 1/78 al-Qodhi Iyadh)
Puluhan Ribu Orang Hadir di Majelis Mereka
Sejarah ulama dahulu sangat harum dengan semangat menuntut
ilmu. Banyak di antara mereka berdesak-desakan membanjiri majelis ilmu.
Berikut ini beberapa buktinya:
- Diperkirakan bahwa jumlah orang yang hadir di majelis ilmu Ashim bin Ali sebanyak seratus enam puluh ribu orang. (Tarikh Baghdad 12/248)
- Diperkirakan bahwa jumlah orang yang hadir di majelis ilmu Sulaiman bin Harb sebanyak empat puluh ribu orang. (al-Jarh wa Ta’dil 4/108)
- Diperkirakan bahwa jumlah orang yang hadir di majelis ilmu Imam Bukhori sebanyak dua puluh ribu orang lebih. (al-Jami’ li Akhlaq Rowi 2/53)
- Diperkirakan bahwa jumlah orang yang hadir di majelis ilmu Abu Muslim al-Kajji sebanyak empat puluh ribu orang lebih. (Tarikh Baghdad 6/121)
Dan masih banyak lagi data lainnya. (Dinukil dari Qoshoshun wa Nawadir li Aimmatil Hadits hlm. 70–72 oleh Dr. Ali bin Abdillah ash-Shoyyah)
Subhanalloh, pemandangan yang menakjubkan. Adapun
pada zaman sekarang, kebanyakan manusia malah membanjiri tempat-tempat
maksiat. Hanya kepada Alloh kita mengadukan semua ini!!!
Waktu Libur Tetapi Dia Tetap Hadir
Jika Alloh telah memberimu nikmat semangat untuk menuntut
ilmu maka jagalah nikmat tersebut. Jangan sampai ia menghilang darimu
karena ia adalah pertanda bahwa Alloh menghendaki kebaikan bagimu.
Al-Askari menyebutkan bahwa Abul Hasan al-Karkhi berkata: “Saya selalu
menghadiri majelis ilmu Abu Hazim pada hari Jum’at padahal hari itu
tidak ada pelajaran. Aku lakukan hal itu agar kebiasaanku menghadiri
majelis ilmu tidak hilang.” (al-Hatstsu ’ala Tholabil Ilmi hlm. 78)
Saudaraku, renungkanlah kisah di atas baik-baik. Dia
meninggalkan keinginan dirinya dan berjuang melawan hawa nafsunya demi
menuntut ilmu dan menjaga semangat tersebut agar tidak luntur. (Ma’alim fi Thoriq Tholabil Ilmi hlm. 69 oleh Abdul Aziz as-Sadhan)
Bandingkanlah hal ini dengan sikap sebagian kita yang malas
menghadiri majelis ilmu dengan alasan-alasan lagu lama “maaf saya lagi
sibuk”, “maaf saya lagi banyak urusan”, dan sebagainya. Alangkah
indahnya ucapan penyair:
رَأَيْتُ النَاسَ يَشْكُوْنَ الزَّمَانَا وَمَا لِزَماَنِنَا عَيْبٌ سِوَانَا
نَعِيْبُ زَمَانَنَا وَالْعَيْبُ فِيْنَا وَلوْ نَطَقَ الزَّمَانُ بِهِ رَمَاناَ
نَعِيْبُ زَمَانَنَا وَالْعَيْبُ فِيْنَا وَلوْ نَطَقَ الزَّمَانُ بِهِ رَمَاناَ
Saya melihat banyak manusia mengeluh tentang waktu
Padahal tidak ada kesalahan pada waktu selain kita sendiriKita mencela waktu padahal yang salah adalah diri kita sendiriSeandainya saja waktu bisa bicara tentu akan marah kepada kita.
(Manaqib Imam Syafi’i hlm. 65 oleh al-Aburri)
sumber : www.abiubaidah.com
Artikel : www.kajiansunnah.net
Blogger Comment
Facebook Comment