Hati yang keras memiliki tanda-tanda yang bisa dikenali, di antara yang terpenting sebagai berikut :
1. Malas Melakukan Kataatan dan Amal Kebaikan
Kita lihat sekarang banyak sekali diantara kita
yang malas sholat lima waktu berjamaah dengan alasan kesibukan dunia.
Bahkan ada yang meninggalkan sholat jum’at tanpa udzur syar’i. Padahal
Rasululloh n pernah bersabda:
لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمْ
الْجُمُعَاتِ أَوْ لَيَخْتِمَنَّ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ ثُمَّ
لَيَكُونُنَّ مِنْ الْغَافِلِينَ
Hendaknya kaum tersebut berhenti meninggalkan shalat jum’at atau Allah akan keraskan hati mereka kemudian mereka menjadi orang-orang yang lalai. (HR Muslim).
Juga berapa banyak orang yang enggan berzakat dengan alasan banyak
pengeluaran pribadi dan lainnya. Mereka lupa kalau hati mereka telah
mengeras dan telah memiliki sifat-sifat munafiqin yang di jelaskan dalam
firman-Nya, yang artinya, “Dan mereka tidak mengerjakan shalat,
melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka,
melainkan dengan rasa enggan.” (At-Taubah : 54)
2. Tidak Tersentuh Oleh Ayat Al-Qur’an dan tidak dapat mengambil pelajaran
Berapa banyak kita membaca al-Qur`aan bahkan mengkhatamkannya sekali
atau dua kali namun kalbu kita tidak tersentuh dan bergetar sedikitpun.
Berbeda dengan hati yang sehat dan lembut Ketika disampaikan ayat-ayat
yang berkenaan dengan janji dan ancaman Allah, maka tidak terpengaruh
sama sekali, tidak mau khusyu’ atau tunduk, dan juga lalai dari membaca
al-Qur’an serta mendengarkannya, bahkan enggan dan berpaling darinya.
Sedang kan Allah Subhannahu wa Ta’ala telah memperingatkan, artinya, “Maka beri peringatanlah dengan al-Qur’an orang yang takut kepada ancaman-Ku.” (Qaaf : 45)
3. Tidak Tersentuh dengan Ayat
Tidak tergerak
kalbu kita dengan terjadinya peristiwa dan kejadian alam, seperti
kematian, sakit, bencana dan semisalnya. Padahal semua itu menunjukkan
kemaha kuasaan Allah atas seluruh makhluknya. Kita memandang kematian
atau orang yang sedang diusung ke kubur sebagai sesuatu yang tidak ada
apa-apanya, padahal cukuplah kematian itu sebagai nasihat. Lihatlah
firman Allah yang artinya: “Dan tidakkah mereka (orang-orang
munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap
tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil
pelajaran?” (At-Taubah :126)
4. Mendahulukan kelezatan Dunia dari Akhirat
Kalbu
yang tidak tersentuh dengan ayat-ayat Allah baik berupa al-Qur`an
ataupun ayat-ayat kauniyah akan mendahulukan dunia dari akherat. Bahkan
kadang semangat dan keinginannya tertumpu untuk urusan dunia semata .
Segala sesuatu ditimbang dari sisi dunia dan materi. Cinta, benci dan
hubungan dengan sesama manusia hanya untuk urusan dunia saja. Ujungnya,
jadilah dia seorang yang dengki, egois dan individualis, bakhil dan
tamak terhadap dunia.
Kita lihat banyak orang yang mendengar kumandang adzan tapi tidak
segera bersiap ke masjid karena lezatnya tidur dibalik selimta atau
mengakhirkan sholat karena menonton pertandingan sepak bola. Padahal
Allah telah berfirman yang artinya:
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS al-A’laa: 16-17).
5. Kurang Mengagungkan
Kalbu yang mengeras akan
kehilangan rasa cemburu, kekuatan iman padanya melemah dan tidak marah
ketika larangan Allah diterjang, serta tidak mengingkari kemungkaran.
Setelah itu ia tidak dapat mengenal yang ma’ruf serta tidak peduli
terhadap segala kemaksiatan dan dosa. Hal ini mengakibatkan kalbu tidak
lagi mengagungkan Allah dan kekuasaanNya.
6. Kemaksiatan dan kezhaliman Berantai
karena
kezhaliman muncul dari kegelapan kalbu, sebagaimana disampaikan ibnu
al-jauzi dalam ugkapan beliau: kezhaliman muncul dari kegelapan kalbu,
karena seandainya kalbu mengambil cahaya petunjuk (Hidayah), tentulah ia
akan memandang akibatnya, (lihat Fathu alBaari 5/100). Demikian juga
kemaksiatan akan melahirkan kemaksiatan baru akibat dari kemaksiatan
yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga menjadi sebuah lingkaran setan
yang sangat sulit bagi seseorang untuk melepaskan.
Inilah sebagian tanda kerasnya hati akibat perbuatan dosa dan
kemaksiatan, agar kita semua dapat introspeksi diri dan merubah diri
menjadi insan kamil yang didam-idamkan.
Wabillahi taufiq (bersambung dengan sebab-sebab mengerasnya kalbu –insya Allah-).
Kegersangan kalbu, kesempitan dada, mengalami kegoncangan, tidak
pernah merasakan ketenangan dan kedamaian sama sekali. Hatinya gersang
terus-menerus dan selalu gundah terhadap segala sesuatu.
Artikel www.UstadzKholid.com
Blogger Comment
Facebook Comment